Dia MHEN, Sosok Pahlawan dengan Rasa Sabar yang Begitu Besar

"Jika suatu saat kamu kehilangan sesuatu bahkan seseorang dalam hidupmu, hal yang paling penting adalah, jangan sampai kamu kehilangan rasa sabarmu."

Kalimat di atas merupakan rangkuman dari sebuah buku yang kutulis untuk seseorang dengan rasa sabar luar biasa. Sosok laki-laki yang tidak pernah marah bahkan hanya sekadar berkata kasar. Laki-laki yang sangat berbakti kepada ibunya, yang ia panggil sebagai "Mamah".

Jika nanti ada yang hilang, tolong jangan rasa sabarmu



Tak ada satupun kejadian yang hadir secara tiba-tiba. Semua memiliki tanda yang berbeda-beda. Entah nyata, atau tak terlihat mata. Sebuah tanda yang juga hadir padamu kala itu. 

Tanda yang tidak disangka akan menjadi sangat serius. Tanda yang tidak terkira akan merubah banyak hal. Tanda yang tidak terbayang akan mempengaruhi masa depan. Akan tetapi saat itu kamu mungkin belum sadar sepenuhnya. 

Kita bertukar cerita. Hingga tak sadar jika hujan mulai turun dengan derasnya. Di sana kamu kabarkan sebuah berita. Di ujung senja yang tak berwarna. Seseorang di seberang sana sedang tak baik-baik saja.

Kala itu adalah malam pertama seseorang yang paling berharga dalam hidupmu harus berbaring lemah pada tempat yang berbeda. Dijaga oleh selang yang mengalirkan tetesan infusa. Serta dikelilingi manusia-manusia baik dengan sejuta doa.

Malam itu pula aku pertama kalinya merayu Tuhan. Melalui tulisan yang di-aamiinkan banyak orang. Berharap dapat sedikit memperbaiki keadaan. Berharap semua sakit segera berlalu dan semua kesedihan segera reda.

Mungkin benar kata banyak orang. Menangis di tengah hujan adalah cara terbaik meluapkan perasaan. Ditemani deru motor yang saling bersahutan. Semakin kencang melaju, semakin lega yang dirasakan. 

Kamu pun melakukan hal yang sama malam itu. Pulang dari rumah sakit dengan kondisi hujan deras. Melewati hutan yang gelap. Membawa dada yang begitu sesak. Melepas semua topeng ketegaran yang sedari tadi tertahan.

Aku tahu pasti berat. Tapi aku yakin kamu kuat.

Air mataku jatuh tanpa tepi. Dadaku sesak bahkan sampai nyeri. Entah apa yang terjadi, sku sungguh tak mengerti. Kita tak ada hubungan darah. Tak ada pula hubungan daerah. Bertemu pun hanya dua kali waktu.

Apakah ini yang disebut ikatan rasa? Ikatan antara dua orang yang tak terlalu kenal secara personal. Namun terasa sangat akrab dalam perasaan.

Sadar semuanya berubah. Kamu mulai mencari jalan tengah. Ketika beliau mulai lupa bacaan sholat. Kamu membantu mendikte dengan penuh rasa hormat. Ketika beliau tak henti-hentinya bercerita. Kamu menjadi pendengar yang baik dengan penuh suka cita.

Ketika beliau tiba-tiba menangis. Kamu bahkan menjadi obat penenang dengan sangat manis. Entah berapa kali akan aku sebut dalam tulisan ini. Sabarmu tak perlu kuragu lagi.

Hari-hari berjalan. Tidak hanya memikirkan urusan beliau, Kamu juga masih harus memikirkan tugas kuliah. 

Berat ya? Tapi ternyata kamu mampu melakukan semuanya.

Mulailah kamu bercerita lagi secara langsung. Tentang kondisi beliau yang sedikit mengkhawatirkan. Bekas luka yang belum mengering. Demam yang tak kunjung turun. Serta deru nafas yang tak beraturan.

Kamu meneteskan air mata. Melepaskan topeng yang selama ini kamu jaga dihadapan keluarga. Melepas beban berat yang kamu topang sendirian.

Disitulah aku kembali menyadari. Bahwa rasa sabarmu sudah tidak perlu kuragu lagi.

Kabar darimu menjadi kabar yang paling kunanti sepanjang bulan Januari. Dari bangun tidur hingga menjelang tidur lagi. Mengetahui kabar beliau. Mengetahui bahwa kondisinya semakin membaik dari waktu ke waktu. 

Setelah pasca operasi terlewati dengan luar biasa. Ternyata masih ada yang harus diperhatikan. Luka baru di bagian tubuh yang lain.

Aku sebenarnya tidak ingin mendengar bahkan membaca kabar buruk lagi. Namun ternyata skenario tidak bisa diubah sesuka hati. 

Ada masalah pada saluran kencing yang membuat beliau harus menerima sakit bertubi-tubi. Lalu kamu kabarkan lagi bahwa membutuhkan waktu lama untuk pengobatan fisioterapi. Dan terakhir kamu mengabarkan bahwa sel nakal itu sudah menyebar ke paru-paru.

Hingga pada jam setengah 10 ada chat dari seseorang yang menanyakan kebenaran sebuah kabar. Antara khayal dan nyata. Aku tak bisa percaya. Kabar duka tak terduga. Menjadi awal kehancuran hatiku selama beberapa hari selanjutnya.

Untuk Ibu Adibatul Husna, selamat jalan dan semoga tenang di sisi-Nya. Kali ini Ibu benar-benar pulang kepada-Nya. 

Pahlawan itu bernama MHEN

Jika kalian membaca sepenggal kisah yang kutulis di judul kedua, maka kalian akan merasakan bagaimana cinta kasih seorang anak pertama kepada ibunya. Merawat dengan sepenuh hati. Mengorbankan waktu tenaga dan pikiran sampai akhirnya sang ibu benar-benar pulang.

Dia adalah pahlawan bagiku. Pahlawan bagi ibunya yang lemah tak berdaya. Pahlawan untuk ayahnya yang sudah tidak bisa lagi memberi keputusan pada tindakan medis yang harus dilakukan. Serta pahlawan bagi adiknya yang belum mampu menjaga sang ibu seutuhnya karena tidak bisa berada di rumah sakit terlalu lama.

Dia adalah pahlawan yang luar biasa. Yang mau mendengarkan segala keluh kesah saat sang ibu masih bisa bicara. Yang diam-diam menangis di bawah guyuran hujan tanpa suara. Yang mau mengurangi jatah istirahat sehari-harinya. 

Dia adalah pahlawan yang sangat berjasa. Yang mau kesana kemari demi menyediakan semua kebutuhan ibunya. Yang mau memandu sholat ketika sang ibu mulai lupa apa saja bacaannya. Yang mau merawat luka-luka pada tubuh sang ibu tanpa rasa ragu dengan sangat lembutnya.

Dia bernama MHEN. Sosok pahlawan dengan rasa sabar yang tidak perlu kuragukan lagi kebenarannya.
                                                                                   

Kontes Blog Super Bercerita #KadoUntukPahlawan

Aku tidak tahu, benda apa yang dia butuhkan sekarang. Tapi aku ingin, dia kembali bersemangat seperti dulu lagi. Aku ingin dia menjadi pribadi yang lebih kuat dan sehat sehingga mampu melanjutkan jalan hidup dengan rasa percaya diri yang tinggi.

                                                                                     ***

Sekian cerita tentang sosok yang aku anggap sebagai pahlawan. Meskipun dia tidak berperang melawan penjajah, namun dia berhasil berperang dengan pikiran dalam dirinya sendiri. Dia menang mengalahkan rasa malu, malas, dan marah yang tertahan sehingga tetap layak disebut pahlawan.

Jangan lupa download Aplikasi Super, ya!


Komentar